Senin, 21 Januari 2008

RITUAL ITU BERNAMA TAHUN BARU HIJIRIYAH

Seperti tahun-tahun yang lalu bahwa setiap bulan Muharram dan memasuki tahun baru Hijriyah, kaum Muslim kembali memperingati hijrahnya Rosulullah SAW, Berbagai acara digelar, mulai dari tabligh akbar, diskusi hingga karnaval budaya dan seni. Tentu sah-sah saja umat Islam melakukan itu, sebab hijrah merupakan peristiwa yang sangat penting dan monumental dalam perjalanan sejarah Islam. Namun tahukah kita bahwa didalam tahun baru hijriah bukan hanya sekedar peringatan yang harus kita adakan. Akan tetepi makna dan esensi hijriyah itu yang harus kita ketahui dan lakukan.

Makna Hijriyah => Hijrah

Secara literal hijrah berasal dari kata hajara. Al Mu’jam al Wasith menyebutkan : hajara berarti taraka min makan ila makan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam arti fisikal atau berarti i’tazala, memisahkan diri atau tabaa’ada, menjauhkan diri. Ia juga bisa berarti taraka wathanahu, dia meninggalkan tanah airnya. Mengenai makna ini, Al Qur-an menyatakan:

“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin) mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka”. (Q.S. al Hasyar, 59:9).

Ayat lain yang menunjuk arti perpindahan tempat juga disebutkan dalam Q.S. Al Ankabut, 29: 26 :

“Maka Luth membenarkan kenabian Ibrahim. Dan dia (Ibrahim) berkata: “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhan kepadaku”.

Sementara al Raghib al Isfahani dalam Mufradat Alfazh al Qur-an menyatakan bahwa kata hajara berarti “mufaraqah al insan ghairahu imma bi al badan aw bi al lisan aw bi al qalb (meninggalkan orang lain baik secara fisik, ucapan, atau hati). Ini menunjukkan bahwa hijrah memiliki makna yang lebih luas dari sekadar perpindahan fisik.

Hijrah berarti juga mendiamkan atau membiarkan. Al Isfahani selanjutnya mengemukakan makna terminologis hijrah sebagaimana dipahami banyak orang dewasa ini. Hijrah adalah keluar dari rumah atau wilayah kafir (dar al kufr) menuju rumah atau wilayah iman (dar al iman) seperti hijrah dari Makkah ke Madinah.

Dari sini tampak bahwa hijrah bukanlah sekedar perpindahan tempat dari Makkah menuju Madinah, tetapi lebih dari itu bahwa hijrah merupakan perintah Allah untuk berpindah yang artinya adalah ibadah

Hijriyah = Perkaikan

Seperti kita ketahui bahwa setiap akhir dan awal tahun hijriyah para umat Islam berkumpul dimasjid untuk berdo’a kepada Allah dan memanjatkan do’a keselamatan. Hal ini berlangsung dari dulu sampai sekarang dan bahkan mungkin sampai waktu yang akan datang.

Memang agak aneh, jika tahun baru disambut dengan kegembiraan. Bukankah tahun baru berarti bertambahnya umur? Kecuali apabila selama ini umur memang digunakan dengan baik dan efisien. Kita tahu umur digunakan secara baik dan efisien atau tidak, tentu saja bila kita selalu melakukan muhasabah atau evaluasi. Minimal setahun sekali. Apabila tidak, insyaallah kita hanya akan mengulang-ulang apa yang sudah; atau bahkan lebih buruk dari yang sudah. Padahal dalam hadist: “Barangsiapa yang hari-harinya sama, dialah orang yang merugi; barangsiapa yang hari ini-nya lebih buruk dari kemarin-nya, celakalah orang itu.”

Dari penjelasan diatas sebenarnya saya ingin mengatakan bahwa dengan memperingati tahun baru hijriyah , maka perilaku kita harus berubah menjadi lebih baik dari tahun kemarin.

***

Dalam konteks kenegaraan, hijriyah ini dapat berarti luas dan beragam. Diantara makna-makna tersebut adalah; Pertama, Evaluasi diri, Seperti kita ketahui bahwa beberapa tahun belakangan ini negara kita Indonesia mengalami berbagai macam bencana, mulai dari banjir sampai kekeringan, mulai dari sunami sampai gempa. Melalui tahun baru ini kita mengevaluasi diri, apakah ada sesuatu yang salah dalam diri kita Indonesia.

Kedua, Perubahan, yaitu dari perbuatan negatif ke arah positif. Melalui momentum perubahan tahun hijriyah ini maka kita harus berubah dan berusaha memparbaiki keadaan negeri ini. Alam Indonesia harus direboisasi supaya keseimbangan alam kembali baik.

Tahun baru hijriyah seharusnya menjadi momentum yang penting khususnya bagi umat islam. Perubahan tahun ini jangan hanya menjadi sebuah rutinitas tiap tahun akan tetapi melalui perubahan tahun maka kita mengevaluasi diri kita masing-masing bahwa apa yang kurang dalam diri kita. Dari evaluasi ini kita akan tahu tentang kekurangan diri kita masing-masing dengan harapan tahun depan kita akan bersikap dan bertindak lebih baik.